Kami ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pengunjung setia Blog ini. Semoga Anda semua selalu dilimpahkan rezeki oleh Allah SWT, AAmiin.
Tampilkan postingan dengan label TA'LIM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TA'LIM. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Desember 2012

Alasan Haram Mengucapkan Natal Bagi Kaum Muslimin

Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam. Tidak ada tuhan yang sebenarnya kecuali Dia semata, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Shalawat dan salam teruntuk Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Nuansa Natal di negeri yang mayoritas muslim ini sudah sangat terasa kemeriahannya. Mall-mall dan pusat perbelanjaan menggelar event-event bertemakan natal. Semua itu untuk memeriahkan hari crismash yang diyakini kaum Nasrani sebagai hari kelahiran al Masih atau Jesus yang diklaim sebagai tuhan atau anak Tuhan.
Dalam akidah Islam Al-Masih Isa bin Maryam adalah Nabi dan Rasul Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia bukan anak Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri. Bahkan Allah Ta’ala telah membantah di banyak ayat-Nya terhadap tuduhan bahwa Dia menjadikan Isa sebagai putera-Nya,

وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا
Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” (QS. al-Jin: 3)

Haram Mengucapkan Natal Bagi Kaum Muslimin


Sebagian kalangan apalagi awalnya dari pemikiran liberal dan ingin menyatukan setiap agama samawi mulai mengendorkan akidah kaum muslimin dengan menyampaikan fatwa nyleneh. Muncul ulama-ulama kontemporer yang memandang sah-sah saja mengucapkan selamat natal pada Nashrani. Padahal memulai mengucapkan salam pada mereka saja tidak dibolehkan, sama halnya dengan mengucapkan selamat pada mereka pada hari raya mereka[1]. Intinya kesempatan kali ini, Dalam hal ini  bahwa sudah ada klaim ijma’ (kesepakatan ulama) sejak masa silam yang menunjukkan haramnya mengucapkan selamat pada hari raya non-muslim, termasuk hari raya natal. 

Dalil Kata Sepakat Ulama
Klaim ijma’ haramnya mengucapkan selamat pada hari raya non-muslim terdapat dalam perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah berikut ini,

Nasihat kematian

NASIHAT KEMATIAN



“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian (QS. Al Imran:185)

Ya, setiap yang berjiwa itu akan mati. Apakah kematian itu ? apakah engkau pernah berpikir tentang “PERUSAK SEGALA KENIKMATAN” dan segala misterinya ? Apakah engkau merasa diperingatkan dan dinasehati olehnya, ketika ia mengambil dan mencabut kenikamatan-kenikmatan itu; IA MELANGKAHIMU UNTUK MENDATANGI ORANG LAIN DAN ESOK IA AKAN MENDATANGIMU ?

Jadi, semua orang akan mati; engkau telah melihat dan mendengarnya. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu mengambil peringatan dari orang lain atau mungkin engkau lupa akan ungkapan populer: “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat”.

Rabu, 28 November 2012

Manfaatkan sisa umur dengan hal mulia

Rutinkan hal ini di sisa-sisa umurmu, dan pendekkan angan-angan dan sung­guh-sungguhlah, niscaya engkau mulia.

www.majalah-alkisah.comTak seorang pun tahu kapan ajal akan menjemputnya. Dan tak semua orang me­ninggalkan dunia di usia tua. Tak se­dikit orang yang di usia muda harus ber­akhir hidupnya, baik karena sakit maupun ka­rena hal lain, terkadang tak ada sebab-se­bab khusus, meninggal sebagaimana orang-orang tua meninggal. Meskipun demikian, sikap dan perilaku kebanyakan kita sehari-hari menunjukkan seolah-olah kita yakin bahwa usia kita akan panjang, bahwa kita akan sampai usia lanjut. Se­hingga, di saat belum tua, kita belum ter­lalu memikirkan akhirat. Ibadah pun seka­darnya, atau bahkan hanya seingatnya saja.

Anggapan dan sikap demikian sangat berbahaya, karena akan membuat kita lalai dan tak merasa perlu untuk segera mendekatkan diri kepada Allah Ta‘ala. Ka­rena itulah, dalam kajian berikut ini, pengarang mengingatkan kita untuk me­manfaatkan sisa umur yang ada agar kita mendapatkan kemuliaan di dunia dan yang lebih penting di akhirat kelak.

Pengarang mengatakan:
Rutinkan hal ini di sisa-sisa umurmu, dan pendekkan angan-angan dan sung­guh-sungguhlah, niscaya engkau mulia.