Wahai
para penuntut ilmu, jika kita memikirkan keadaan para ulama
generasi awal, niscaya kita akan merasa takjub dan tercengang saat
membaca kisah tentang ibadah mereka dan penjagaan mereka terhadap amalan
sunnah serta betapa hebatnya mereka dalam melaksanakan kewajiban. Di
antara mereka ada yang mendirikan sholat di awal malam, ada yang di
akhir malam, ada yang di pertengahan malam, dan ada pula yang mendirikan
di ujung-ujungnya (awal malam dan akhir malam). Masing-masing sesuai
dengan kadar kesungguhan dan kemampuannya.
Sikap tamak terhadap hal ini –setelah pertolongan Allah- menjadi
motivasi bagi mereka untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran, menekuni ketaatan serta menjadi sebab tambahan keberkahan
waktu-waktu mereka. Cuplikan peristiwa berikut, menggambarkan bagaimana
kegigihan mereka,
Bisyr bercerita, ‘… Hafsh bin Ghiyats berprofesi sebagai seorang
qodhi tanpa bermusyawarah kepada Abu Yusuf (murid Abu Hanifah). Hal ini
merupakan hal yang berat bagi Abu Yusuf. Maka Abu Yusuf pun berkata
kepadaku dan kepada Hasan Al-Lu’lu’i, ”Periksa keputusan Hafsh.” Maka
kamipun mengeceknya. Tatkala Abu Yusuf menelaah keputusan Hafsh, dia pun
berkata,”Keputusannya sama dengan pendapat Ibnu Abi Laila”, kemudian
dia berkata,”Telusurilah perjanjian dan catatan-catatannya.” Ketika Abu
Yusuf menyimak keputusan tersebut, dia berkata,”Hafsh dan orang yang
semisal dengannya perhatian dengan sholat malam.”’ (Siyar A’lamun Nubala’ 313/6).
Wahai saudaraku, ketahuilah -semoga Allah menjagamu- sesungguhnya
seorang penuntut ilmu itu senantiasa berbeda dengan yang lain karena
anugerah dari Allah Ta’ala dan kemuliaan-Nya. Oleh karena itu
wajiblah baginya untuk bersungguh-sungguh dalam menjaga kemuliaan yang
berkah ini. Dan hendaklah dia bersungguh-sungguh sesuai dengan
kemampuannya dalam bersegera mengerjakan kebaikan dari berbagai
pintunya. Dan berikutnya hendaknya dia bersungguh-sungguh dalam
meninggalkan hal-hal yang menurunkan muru’ah (harga diri) , terlebih lagi hal-hal yang munkar.
Sudah seharusnya seorang penuntut ilmu itu berbeda dengan yang lain
dalam hal akhlaq, kelebihan dalam beribadah, baiknya perilaku dan
semangat dengan berbagai macam ibadah. Semua itu dia lakukan semata-mata
karena mengharapkan ridha Allah Ta’ala, kemudian ditujukan
untuk menzakati ilmu dan agama yang telah diberikan oleh Allah
kepadanya. Sehingga diapun bisa menjadi teladan bagi orang yang
melihatnya, mendengar dakwahnya, serta orang-orang yang duduk
bersamanya.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Sepatutnya seorang penghafal Al-Qur’an itu dikenal dengan sholatnya
di waktu malam ketika banyak manusia yang terlelap tidur, dengan
puasanya di siang hari ketika banyak manusia yang berbuka, dengan sikap
wara’nya ketika banyak manusia yang mencampuradukkan antara yang halal
dengan yang haram, dengan ketawadhu’annya ketika banyak manusia yang
menyombongkan diri, dengan kesedihannya karena takut kepada Allah ketika
banyak manusia yang gembira kelewat batas, dengan seringnya dia
menangis karena takut kepada dosa ketika banyak manusia yang tertawa
meskipun berbuat dosa, dan iapun dikenal dengan diamnya ketika banyak
manusia yang asyik bicara.”
Oleh karena itu, hendaknya seorang penuntut ilmu itu mampu menjadi
contoh saat bepergian maupun saat di dalam rumah, menjadi teladan saat
beribadah, dan dalam berbagai macam urusannya.
Selanjutnya, akan kami sampaikan kepada kalian, wahai para penuntut
ilmu, beberapa kelebihan dari sholat malam. Semoga menjadi faktor
pendorong bagiku dan bagimu, sehingga kitapun menjadi orang yang rajin
untuk mengerjakannya.
Keutamaan sholat malam
Begitu banyak riwayat dalam hadits yang menjelaskan tentang keutamaan
mengerjakan sholat malam. Akan tetapi dalam pembahasan ini kami hanya
bisa menyebutkan sebagian keutamaannya, yaitu sebagai berikut:
- Sholat malam merupakan sholat yang paling utama setelah sholat fardlu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
أفضل الصلاة، بعد الصلاة المكتوبة، الصلاة في جوف الليل”Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat di tengah malam.”’(HR. Muslim).
- Mengerjakan sholat malam merupakan sebab kemuliaan seorang mukmin. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebab mulianya seorang mukmin adalah dengan sholat malam…” (Diriwayatkan oleh Khutaib dalam Shahihul Jami’).
- Sholat malam adalah kebiasaan orang-orang salih.
- Mengerjakan sholat malam akan semakin mendekatkan diri kepada Allah.
- Sholat malam mencegah dari perbuatan dosa.
- Sholat malam adalah penghapus keburukan.
- Sholat malam mampu mengusir penyakit dari badan.
-
Keutamaan ini dikumpulkan dari hadits riwayat Bilal radhiyallahu ‘anhu, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ، وَمَنْهَاةٌ عَنْ الإِثْمِ، وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الجَسَدِ“Hendaklah kalian mengerjakan sholat malam, karena itu merupakan kebiasaan orang sholeh sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari perbuatan dosa, menghapus keburukan, dan mencegah penyakit dari badan.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim dalam Shahihul Jami’).
- Sholat malam adalah wasiat paling pertama yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada penduduk Madinah saat beliau tiba di sana untuk yang pertama kali.
Dari ‘Abdillah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, ‘Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baru tida di kota Madinah, manusia pergi dengan cepat kepada beliau, dan dikatakan kepada mereka, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah tiba 3x!”, Akupun pergi bersama mereka untuk melihat wajah Nabi. Tatkala aku mendapati wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akupun mengetahui bahwa wajah beliau bukan wajah pendusta. Dan sesuatu yang pertama kali beliau sampaikan adalah,يا أيها الناس أفشوا السلام، وأطعموا الطعام وصلوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام“Wahai manusia, sebarkanlah salam, sukalah kalian memberi makan, dan sholatlah ketika manusia tertidur, nisacaya kalian akan masuk surga dengan penuh keselamatan.”
Abu ‘Ais berkata,”Ini adalah hadits shahih” (Sunan At-Tirmidzi, jilid 4 hal 652, hadits no. 2490).
- Sholat malam yang dikerjakan tanpa diketahui manusia, maka hal ini merupakan faktor bertambahnya pahala. Dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Sholat sunnah seseorang di suatu tempat yang tidak terlihat dibandingkan dengan sholatnya yang dilihat banyak orang pahalanya 25 kali lipat.”’(Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Shahihul Jami’).
- Sholat malam biasanya dilakukan saat Allah Ta’ala turun ke langit dunia. Waktu itu adalah waktu yang sangat mulia. Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَه“Barangsiapa yang berdoa, maka aku kabulkan, barangsiapa yang meminta maka akan Aku beri, dan barangsiapa yang meminta ampun, maka aku ampuni.”
- Sholat malam merupakan sebab diangkatnya derajat, berdasarkan hadits dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, ditanyakan tentang, “apa itu derajat?”, maka Nabi pun menjawab,
طَيِّبُ الْكَلَامِ، وَبَذْلُ السَّلَامِ، وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ“Perkataan yang lembut, Gemar memberi makan, sholat di waktu malam ketika manusia tidur … “ (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi dan selainnya).
- Sholat malam adalah salah satu pintu kebaikan. Berdasarkan dalil bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, akan aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan. Puasa adalah tameng, sedekah akan menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api, dan sholat seseorang di waktu malam …” (HR. Tirmidzi dan selainnya).
Serta dalil-dalil lain yang menunjukkan martabat dan keutamaan sholat malam.
Adapun manfaat yang akan diperoleh oleh seseorang yang gemar
melakukan sholat malam sangatlah banyak. Berdasarkan penjelasan tentang
keutamaan-keutamaan tadi, di antara buah dari mengerjakan sholat malam
yaitu:
- Terjaganya hafalan dan kelancaran dalam membaca Al-Qur’an saat sholat malam. Bacaan saat sholat malam menyebabkan lengketnya hafalan di benak orang yang mengerjakannya. Terlebih lagi jika dia telah menghafal satu ayat kemudian dia baca saat sholat malam.
- Membantu bangun untuk mengerjakan sholat shubuh.
- Mengikuti kebiasaan generasi awal umat ini.
Dan berbagai manfaat lainnya.
Setelah menyebutkan berbagai macam keutamaan dan manfaat yang akan
dapatkan oleh orang yang melakukan sholat malam, akan kami sebutkan
wahai saudariku penuntut ilmu, beberapa kiat yang bisa membantu untuk
mengerjakan sholat malam di antaranya:
- Berdoa. Ketika seorang hamba berdoa kepada Tuhannya, diapun mengikhlaskan diri dan bersungguh-sungguh dengan apa yang dia minta, maka ini adalah faktor yang menjadikan dikabulkannya doa.
- Mengerjakan amalan wajib secara rutin, sehingga seorang hamba bersungguh-sungguh untuk menunaikan sesuatu yang tidak membebaskannya dari hutang/ tanggungan kecuali dengannya.
- Menghindari begadang malam, kecuali jika dia memiliki kebutuhan untuk itu. Karena jika seseorang itu begadang hingga larut malam, biasanya akan membuat dia berat untuk mengerjakan sholat malam, bahkan menyebabkan dia merasa berat untuk mengerjakan sholat subuh.
- Bersemangat melakukan qailulah (istirahat siang) di pertengahan siang atau setelahnya. Dengan begitu maka badan akan beristirahat dan mengumpulkan kekuatan sehingga diapun akan bersemangat di tengah-tengah mengerjakan sholat malam. (Ibnul Atsir mengatakan bahwa qailulah adalah istirahat di pertengahan siang meskipun tidak tidur).
- Meninggalkan maksiat dan membentengi diri darinya. Maksiat adalah
jerat-jerat setan. Setan memasang jerat tersebut agar seorang hamba
terjatuh ke dalamnya sehingga mencegahnya untuk melakukan kebaikan.
Seseorang berkata kepada Hasan rahimahullah, “Kami merasa lemah untuk mengerjakan sholat malam.”, maka Hasan pun berkata,”Kesalahanmu telah mengendalikanmu.”
Bahkan jika seorang hamba merasa nikmat untuk mengerjakan keburukan, maka keburukan tersebut menjadi tabiat baginya. Adapun jika seorang hamba bersemangat dengan dirinya, waspada dari perangkap setan dan ketergelincirannya, dan Allah pun mengetahui hal tersebut, maka dia akan melihat tanda-tanda taufik dan kebenaran yang memudahkannya dan melapangkan dadanya, dengan seizin Allah Ta’ala.
- Memaksa diri untuk sholat dan menepis rasa berat dan sikap menunda-nunda.
Karena sesungguhnya jiwa yang ditekan dan dibiasakan oleh pemiliknya untuk melakukan sesuatu, maka dia pun akan terbiasa dan mudah untuk mengerjakannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, dan sikap bisa mengendalikan emosi dengan melatih diri untuk mengendalikannya, maka barangsiapa yang membiasakan dengan kebaikan, maka jiwanya pun akan menaatinya. Dan barangsiapa yang menjaga diri dari kejelekan maka dia akan terjaga dari kejelekan.” (Diriwayatkan Ad-Daruquthni dan Khutaib dala Shahihul Jami’).Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang melatih diri untuk menjaga kehormatan, maka Allah akan menjaga kehormatannya. Barangsiapa melatih diri untuk sabar, maka Allah akan membuatnya sabar. Dan barangsiapa yang merasa cukup dengan apa yang diberi, maka Allah akan jadikan dia merasa cukup.” (HR. Bukhari 309/ 11, al-Fath).Hadits-hadits dan selainnya yang telah disebutkan menjelaskan bahwa barangsiapa yang bersungguh-sungguh dengan jiwanya dan membiasakannya untuk melakukan sesuatu, dan ia pun bersabar dan tetap mengerjakannya, maka dia pun akan merasa mudah untuk melakukannya hingga sesuatu itu menjadi tabiat yang menyertainya. -
Betapa indah perkataan Sulaiman At-Taimi mengenai hal ini:
“Sesungguhnya jika mata terbiasa dengan banyak tidur, niscaya akan terbiasa untuk tidur. Dan jika mata dibiasakan terjaga untuk membaca, niscaya akan terbiasa untuk membaca.” (Mukhatshor Qiyamul Lail Lilmarwazi hal 55).
Sebagaimana perkataan seorang penyair:
Jiwa itu seperti bayi, jika ia terbiasa menetek, ketika sudah besar maka dia pun akan menetek
Namun jika dia disapih, diapun akan tersapih.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-A’masy rahimahullahu ta’ala tentang hal ini –yang menunjukkan sikap wara’nya- sebagaimana yang disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamun Nubala’, Dia mengatakan, (Al-A’masy berkata, “Telah sampai kepadaku bahwasannya jika seseorang tidur hingga Subuh (yaitu: tidak sholat ), maka setan telah jongkok di kepalanya dan kencing di telinganya. Dan aku berpandangan bahwasannya setan telah berak di tenggorokanku semalam!” Hal demikian karena beliau (Al-A’masy) batuk-batuk.
Abu Kholid berkata: al-A’masy menyebutkan hadits, “Itulah seseorang yang telinganya dikencingi setan.” Al-A’masy berkata, “Aku berpandangan bahwa mataku sakit seperti ini (mata beliau senantiasa basah seperti orang belekan) melainkan karena banyaknya air kencing setan di telingku.” Namun aku (Abu Kholid) berpandangan bahwa Al-A’masy tidaklah melakukan hal itu.’ Aku (Adz-Dzahabi) berkata, “Al-A’masy adalah orang yang senantiasa bangun malam dan beribadah”. (Siyar A’lamun Nubala’ 231-232/ 6).
- Dan di antara hal-hal yang bisa membantu untuk bangun malam adalah
melakukan sebab-sebab yang memungkinkan bagi seorang penuntut ilmu dan
yang lainnya untuk bisa bangun mengerjakan sholat malam, di antaranya:
- Memasang jam beker sesuai dengan waktu yang dia inginkan untuk bangun.
- Ditelpon dengan telpon yang sudah terprogram untuk membangunkan sholat malam.
- Berpesan kepada salah seorang kenalan untuk menelepon, terkhusus lagi mereka yang biasa mengumandangkan adzan yang pertama.
Dan masih banyak kiat-kiat lain yang bisa diupayakan untuk bisa membantu bangun sholat malam.
Selanjutnya kami tutup pembicaraan tentang hal ini dengan apa yang
disebutkan oleh Imam Ibnu Muflih, yang menukil perkataan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah –rahimahullahu ‘alaihuma-:
“Ada seorang tamu yang menginap di rumah Imam Ahmad, dan beliaupun
menyediakan air untuknya. Tamu itupun berkata, “Aku tidak mengerjakan
sholat malam, sehingga aku tidak menggunakan air tersebut.”, Ketika pagi
tiba, Imam ahmad bertanya kepadaku, “Kenapa engkau tidak menggunakan
airnya?”, Maka akupun merasa malu untuk menjawab sehingga aku terdiam.
Imam Ahmad berkata, “ Subhanallah! Subhanallah! Belum pernah aku ketahui
seorang pencari hadits yang tidak bangun untuk sholat malam.”
Kisah ini juga terjadi pada seorang tamu yang lain. Maka tamu itupun
mengatakan, “Saya ini musafir.” Imam Ahmad menukas, “Meskipun engkau
seorang musafir, Masyruq pernah berhaji dan tidaklah dia tidur kecuali
dalam keadaan bersujud (karena kelelahan saat sholat malam).” Syaikh
Taqiyyudin berkata,”Hal ini menunjukkan bahwa merupakan perkara yang
dibenci apabila seorang penuntut ilmu meninggalkan sholat malam meskipun
dia sedang bersafar.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah Ibnu Muflih 169/2).
Oleh karena itu, bersemangatlah wahai para penuntut ilmu -yang semoga
Allah menjagamu- untuk menghidupkan keutamaan yang agung lagi berpahala
ini. Dan jadikanlah semangatmu senantiasa tinggi dalam mengerjakan
berbagai macam kebaikan selama engkau mampu untuk melakukannya.
***
Sumber :
Sumber :
- Diterjemahkan dari kitab Ma’alim fit Thariq Thalabil ‘Ilmi Bab Thalibul ‘Ilmi wa Qiyamul Laili (hal 221-228), Karya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Muhammad bin ‘Abdillah As-Sadhan, Penerbit Darul ‘Ashimah.
- Dibahas dalam kajian bersama Ustadz Aris Munandar saat membahas kitab ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar