Suasana pelaksanaan ujian nasional hari pertama di SMA Negeri 63,
Petukangan, Jakarta, Senin (16/4). Di sekolah ini, 235 siswa mengikuti
ujian nasional hari pertama dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas dan kejujuran hasil UN bagi para peserta didik di Indonesia. "Kejujuran itu pertanggungjawaban pribadi pada Tuhan, terlebih kita semua sudah
berikrar. Kejujuran harus menjadi orientasi kita bersama. Kita juga harus memberi penghargaan pada daerah yang jujur dan memberikan hukuman moral bagi daerah yang tidak jujur," kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Prof Wiendu Nuryanti saat pemantauan UN di SMAN I Yogyakarta, Senin (16/4/2012).
Prof Wiendu mengatakan, kebijakan tersebut barangkali pahit, tetapi harus dilakukan untuk memberikan apresiasi bagi daerah yang bersih dan memaksa untuk melakukan evalusi bagi daerah yang belum bersih. Apalagi, nilai UN nantinya akan menjadi syarat masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang menuntut tingginya kualitas ujian tersebut. Untuk penerapan program itu, lanjut Wiendu, tidak hanya bisa dilakukan oleh Kemendikbud. Butuh kerja sama semua pihak, baik sekolah maupun pemerintah daerah.
Secara terpisah, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Kemendikbud Prof Suyanto di SMAN 3 Jogja mengungkapkan, dibuatnya lima paket soal yang berbeda dalam pelaksanaan UN tahun ini untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan. Dengan demikian, peserta ujian tidak bisa saling mencontek karena soalnya berbeda meski tingkat kesulitannya sama.
"Terlebih dalam pengadaan soalnya hanya dilakukan oleh empat percetakan di Jawa yang memiliki standar security printing. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebocoran soal seperti yang sudah sudah," kata Suyanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar