Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research
pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”,
yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai
masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal | Classroom Action Research |
Dilakukan oleh orang lain | Dilakukan oleh guru/dosen |
Sampel harus representatif | Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan |
Instrumen harus valid dan reliabel | Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan |
Menuntut penggunaan analisis statistik | Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit |
Mempersyaratkan hipotesis | Tidak selalu menggunakan hipotesis |
Mengembangkan teori | Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung |
B. MODEL – MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Model Kemmis & Taggart merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti
yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama
C. MASALAH CAR
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.
1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru
Setiap hari guru mengahadapi banyak
masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena
itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh
ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman
sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang
telah merepotkan Anda selama ini.
2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas.
Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan
geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada
pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah
pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan
media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian
materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan
dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas.
Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai
masalah yang lebih penting.
3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang
menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan
mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk
meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku
masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan
perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup
layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang
Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda
adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.
4. Masalah yang Terlalu Besar
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR
individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai
UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah
yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan.
5. Masalah yang Terlalu Kecil
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi
pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah
siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika
penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang
siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil
karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah
lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara
cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis
karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa
memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa
cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,
dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana
belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan
strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang
besar dan jelas.
7. Masalah yang Anda Senangi
Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan
senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan
rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera
tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
8. Masalah yang Riil dan Problematik
Jangan mencari-cari masalah hanya karena
Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah
masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang
problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya
cukup besar).
9. Perlunya Kolaborasi
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach
Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran
sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.
D. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan selama ini.
2. Pemilihan Masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research
yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam
hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi
merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap
yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan
sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun
masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan,
nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu
dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat
hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
3. Deskripsi Masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah,
deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang
pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya
terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.
Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan
pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa
sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain.
Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering
mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan
sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh
Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat
bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik
dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada
saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari
keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam
bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan
hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya
pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang
sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal
yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata
pelajaran lain.”
4. Rumusan Masalah
Setelah Anda memilih satu masalah secara
seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan masalah itu secara
komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima pertanyaan:
- Siapa yang terkena dampak negatifnya?
- Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
- Masalah apa sebenarnya itu?
- Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
- Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh rumusan masalah:
- Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3)
- Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
- Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
- Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh pertanyaan penelitian:
- Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
- Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
- Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
- Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
E. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian Teori
Dalam membuat rumusan masalah di atas
sebenarnya Anda telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus
membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan untuk memecahkan
masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan
menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada
teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang
Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal
ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.
Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR,
siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang
lain; Anda dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat
lain yang lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.
2. Hipotesis Tindakan
Lakukanlah analisis penyebab masalah
secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan
efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi
dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu tindakan mana
yang akan berdampak paling efektif.
F. METODOLOGI
1. Setting Penelitian
Setting penelitian perlu Anda
uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin
meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak
apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR
Dalam melakukan CAR kegiatan
mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada
bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati
dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan
pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu
pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR
dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar
secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian
tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah
fokus dari CAR Anda.
3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR.
Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang
diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika
perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga
terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat
pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika
pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat
pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR
menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat
dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti,
umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan
di bawah standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan
kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan
adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa
perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu
tanpa bekas.
Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu
setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan
instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4. Siklus-siklus
Dalam CAR siklus merupakan ciri
khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu
siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah
rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian
biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi
kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2)
pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan
kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi
melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan memodifikasi
pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan”
yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap
pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam
“pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap
pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap
pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu
berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu
saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan
carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat
untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa
ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh
data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai
instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda
tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan
perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
- Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
- Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.
- Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
5. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR.
Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang
diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu
diperhatikan untuk menjamin validitas data.
G. HASIL PENELITIAN
1. Siklus-siklus Penelitian
Hasil penelitian CAR tidak hanya
berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang
dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan
hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah
melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
2. Tabel, Diagram, dan Grafik
Tabel, diagram, dan grafik sangat baik
digunakan untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi
dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi
blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain rupa sehingga terkesan
artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak
disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca
akan makin ragu.
3. Hasil-hasil yang Otentik
Hasil-hasil yang otentik seperti karangan
siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan
siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.
H. KESIMPULAN CAR
1. Kesimpulan
Kesimpulan tentu saja harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah
dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas di samping
menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah kita
lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.
- Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan tersebut.
- Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
- Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung.
- Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model multidisiplin tersebut berlangsung.
Jadi kesimpulan penelitian CAR
akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti: “Pembelajaran
dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan ini
mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang
membaca kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya
sehingga media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu
masih harus diikuti dengan proses atau rinciannya, seperti a)
Transparansi OHP lebih disukai siswa daripada media lain, b) Paling
banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam satu presentasi,
jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal
pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama
terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu
kali presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.
2. Saran
Karena CAR bersifat kontekstual,
pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut
sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian secara rinci
sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin meniru
keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan
diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan
kurang relevan.
Saran CAR diperlukan misalnya
jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar
kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal pelajaran
di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal
yang diinginkan kepada fihak sekpolah.
I. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka mencerminkan penguasaan
Anda atas teori belajar dan pembelajaran yang Anda minati. Di samping
itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar pustaka
mencerminkan keluasan pengetahuan Anda atas penelitian-penelitien
terbaru yang sedang ngetren. Selama ini guru peneliti sering
mencantumkan nama-nama ahli pendidikan, psikologi, dan pembelajaran
tetapi tidak disertai dengan daftar pustakannya. Buatlah daftar pustaka
secara cermat.
Sumber :
- Dr. Supriyadi M. Pd.*)) disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat Pusat yang Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 12-15 September 2005 di Hotel Evergreen, Cisarua, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar