Kami ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pengunjung setia Blog ini. Semoga Anda semua selalu dilimpahkan rezeki oleh Allah SWT, AAmiin.

Selasa, 30 Oktober 2012

ADAB MENUNTUT ILMU

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya.

Berikut kami ringkaskan adab-adab dalam menuntut ilmu dari Kitabul Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Semoga bisa menjadi tambahan ilmu bagi yang belum mengetahui dan menjadi pengingat bagi yang lupa.

Adab pertama: Mengikhlaskan niat
Hendaknya niat utama menuntut ilmu syar’I hanya mengharap wajah Allah dan pahala di akhirat bukan karena yang lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya hanya mengarap wajah Allah, tetapi tidak mempelajarinya kecuali agar mendapat bagian dari kehidupan dunia maka ia tidak mendapatkan baunya surga di hari kiamat [1].


Adab kedua: Menghilangkan kebodohan dalam diri sendiri dan orang lain
Hal ini karena pada asalnya manusia dilahirkan dalam keadaan bodoh, dengan belajarlah ia akan memiliki ilmu. Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS An Nahl: 78)

Adab ketiga: Berniat untuk membela syari’ah
Karena orang yang berilmulah yang mampu membantah ahlul bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. Adapun sekedar kitab yang bertumpuk di perpustakaan (dan sumber ilmu yang lainnya) dia tidak bisa membela agama ini tanpa ada orang yang memperlajari dan menggunakannya sebagai hujah untuk membela agama. Sebagaiamana sebuah senjata, ia tidak berguna kecuali jika ada yang memakainya.

Adab keempat: Berlapang dada dalam masalah khilafiyah
Hendaknya hati selalu lapang dada dalam masalah-masalah yang khilafiyah (yang dibenarkan adanya perbedaan pendapat padanya). Adapun dalam masalah yang jelas/pasti (qath’i) maka tidak dibenarkan satu orang pun menyelisihinya. Allah ta’ala berfirman,
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Anfaal: 46)

Adab kelima: Mengamalkan ilmu
Karena buah dan hasil dari ilmu adalah amal. Orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya maka bisa menjadi bumerang bagi dirinya. Rasulullah bersabda, Al Qur’an adalah hujah bagimu dan atas kamu. [2]

Adab keenam: Berdakwah di jalan Allah
Setelah memiliki ilmu hendaknya ia menjadi da’I yang menyeru dijalan Allah, kapan dan dimanapun kondisi yang memungkinkan untuk berdakwah. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah, sejak diutus menjadi Nabi dan Rasul beliau senantiasa berdakwah dimanapun beliau berada.

Adab ketujuh: Hikmah
Hendaknya seorang yang berilmu menghiasi dirinya dengan sifat hikmah, khususnya dalam berdakwah di jalan Allah. Beruntunglah orang-orang yang Allah karuniai dirinya sifat ini. Allah berfirman,
يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS Al Baqarah: 269)

Sebaik-baik teladan dalam hikmah adalah Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam. Diantara yang menunjukkan betapa hikmahnya Rasulullah adalah kisah yang masyhur tentang arab badui yang kencing di masjid [3], kisah sahabat Muawwiyah bin Hakam as Sulami yang bicara dalam sholat [4] dan lainnya.

Adab kedelapan: Sabar diatas ilmu
Allah berfirman,
تِلْكَ مِنْ أَنبَاء الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنتَ تَعْلَمُهَا أَنتَ وَلاَ قَوْمُكَ مِن قَبْلِ هَـذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al Hud: 49)

Adab kesembilan: Mengormati ulama’ dan kedudukannya
Hendaknya seorang penuntut ilmu senantiasa menghormati para ulama’ dan kedudukan mereka dan lapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat diantara mereka. Patut disayangkan sebagian orang sibuk mencari kesalahan orang lain, menghibahi dan mengeluarkan kata-kata yang tidak semestinya, bahkan pada para ulama. Sungguh ini adalah kesalahan yang amat besar dan buruk akibatnya. 

Adab kesepuluh: Berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah
Karena keduanya adalah sumber utama ilmu syar’i. Hendaknya seorang penuntut ilmu selalu semangat untuk membaca, menghafal dan mempelajari keduanya. 

Adab kesebelas: Tatsabut dan tsabat
Hendaknya seorang penuntut ilmu selalu berhati-hati dan berusaha memastikan dalam mengambil berita atau memahami sebuah hukum. Hendaknya pula ia kokoh dalam memperlajari sesuatu, jangan selalu berpindah dari pelajaran/kitab yang satu dan yang lainnya sehingga hasil yang didapat pun tidak maksimal. 

Adab kedua belas: Semangat memahami maksud dari Allah dan RasulNya
Sebagian orang memiliki ilmu tetapi tidak memiliki pemahaman atasnya atau bahkan pemahamannya salah atas ilmu yang dimiliki. Perlu diketahui, kandangkala kesalahan dalam memahami sesuatu lebih fatal daripada kesalahan karena tidak mengetahuinya.

Demikianlah sebagian dari adab yang hendaknya dimiliki seorang penuntut ilmu. Hendaknya seorang penuntut ilmu senantiasa menjadi contoh yang baik sehingga bisa menjadi penyeru di jalan kebaikan dan menjadi pemimpin di dalam agama Allah. Dengan kesabaran dan keyakinan tercapailah kepemimpinan dalam agama. Allah berfirman,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar . Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS As Sajdah: 24)

Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulallah serta keluarga dan sahabatnya.

Dikutip dari :

Artikel: www.ukhuwahislamiah.com
Notes:
  • [1]. HR Ahmad (2/337), Abu Dawud, Ibnu Majah, Hakim dalam Mustadrak (1/160), Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonif (8/543). Berkata Hakim hadits shahih, sanadnya tsiqah
  • [2]. HR Muslim dalam kitab wudhu’
  • [3]. HR Bukhari dan Muslim
  • [4]. HR Muslim

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar