Kami ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pengunjung setia Blog ini. Semoga Anda semua selalu dilimpahkan rezeki oleh Allah SWT, AAmiin.

Selasa, 23 Oktober 2012

MAKALAH KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN

KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN

 BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas kerja pendidikan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang memiliki lapangan dan jangkauan yang sangat luas mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Dari interaksi manusia dalam karya pendidikan itu dapat kita amati dengan cermat seperti juga dengan kegiatan manusia yang lainnya seperti kegiatan ekonomi, politik, hukum, dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu kita dapat mempelajari pendidikan secara teoritis melalui perenungan – perenungan yang mendalam yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas, maupun dapat juga mempelajari pendidikan secara praktis melalui kegiatan akademis dan empiris yang bersumber dari pengalaman – pengalaman pendidikan. Yang pertama dapat kita sebut teori pendidikan, sedangkan yang kedua kita sebut dengan praktik pendidikan.


Antara teori dan konflik pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yang memiliki hubungan komplementer yang saling mengisi satu sama lainnya. Praktik pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam penyusuanan suatu teori pendidikan. Suatu teori pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan itu.

Dari pengalaman kita menemukan kenyataan, bahwa banyak orang yang mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, tapi ia juga dapat menjadi seorang pendidik yang baik, berhasil dalam membimbing anak – anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang teori ahli pendidikan, misalnya seorang ahli filsafat pendidikan, seorang ahli psikologi pendidikan, seorang ahli pedagogik, dan sebagainya, belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi seorang pendidik yang baik belum dapat dijamin ia dapat berhasil mendidik anaknya sendiri.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Apa konsep dari Ilmu Pendidikan itu?
2.      Apa tujuan Ilmu Pendidikan?
3.      Apa ruang lingkup dari Ilmu Pendidikan?
4.      Apa syarat-syarat dari pengetahuan menjadi Ilmu Pendidikan?
5.      Apa sifat-sifat dari Ilmu Pendidikan?
6.      Apa manfaat mempelajari dan mendalami Ilmu Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1.      Mengetahui konsep Ilmu Pendidikan;
2.      Mengetahui tujuan dari Ilmu Pendidikan;
3.      Mengetahui ruang lingkup Ilmu Pendidikan;
4.      Mengetahui syarat-syarat dari pengetahuan menjadi Ilmu Pendidikan;
5.      Mengetahui sifat-sifat dari Ilmu Pendidikan;
6.      Mengetahui manfaat mempelajari dan mendalami Ilmu Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ilmu Pendidikan
Pandangan ini berasal dari Eropa Barat, khusunya Belanda dengan ahli pendidikannya yang terkenal bernama Langeveld. Di negeri ini pendidikan secara resmi diakui sebagai Ilmu Pendidikan pada tahun 1925.  Ilmu Pendidikan adalah Ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan: proses, cara, pembuatan mendidik.
Pengertian ilmu pendidikan disampaikan oleh para pakar, antara lain :
  1. Prof. Dr. N. Driyarkara; pemikiran ilmiah tentang realitas yang disebut pendidikan (mendidik dan dididik).
  2. Prof. M. J. Langeveld; Paedogogic atau ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
  3. Dr. Sutari Imam Barnadib; ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan.
  4. Prof. Brodjonegoro; ilmu pendidikan merupakan teori pendidikan, perenungan, tentang pendidikan.
Objek pendidikan ada dua macam, yaitu objek materi dan objek formal. Yang dimaksud dengan objek materi dan materinya atau bendanya yang dikenai pendidikan yaitu para peserta didik dan warga belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan objek formal pendidikan ialah gejala yang tampak, dirasakan, dihayati, dan diekspresikan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Banyak ilmu yang berkaitan dengan manusia, seperti sosiologi, psikologi, biologi, pendidikan, dan sebagainya yang berobyek materi sama yaitu manusia, namun yang membedakan ilmu itu adalah objerk formalnya. Bila objek formal sosiologi adalah kemasyarakatn, objek formal psikologi adalah kejiwaan, objek formal biologi adalah jasmaniah, maka objek formal pendidikan adalah perilaku peserta didik dan warga belajar.

Metode penyelididkan Ilmu Pendidikan sama dengan metode penyelidikan ilmu-ilmu yang lainnya yaitu memakai metode penelitian ilmiah. Secara umum metode penelitian mencakup hal-hal berikut :
1.    Judul/ruang lingkup
2.    Masalah,  tujuan, dan hipotesis
3.    Tempat penelitian atau populasi dan sampel
4.    Instrumen pengambilan data tentang variabel-variabel yang diteliti
5.    Analisis data dan simpulan atau hasil.

Sejumlah hasil penelitian tentang objek yang sejenis akan membangun konsep tentang objek yang sejenis setelah dikomunikasikan secara universal akan membangun suatu teori tentang objek itu. Demikianlah cara-cara membentuk suatu teori. Dan manakala sejumlah teori merupakan satu keutuhan, maka ia akan membentuk suatu ilmu atau cabang ilmu.

B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan
Menurut Made Pinarta (2006: 7), Ilmu Pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori. Cabang-cabang ilmu pendidikan yang dimaksud adalah:
a. Pendidikan Teoretis
b. Sejarah Pendidikan dan Perbandingan Pendidikan
c. Pengembangan Kurikulum
d. Didaktik Metodik atau Proses Belajar Mengajar
e. Media dan Alat Belajar
f. Komunikasi dan Informasi Pendidikan
g. Bimbingan dan Konseling
h. Evaluasi Pendidikan
i. Profesi dan Etika Pendidik
j. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan
l. Organisasi dan Menejemen Pendidikan
m. Statistik dan Penelitian Pendidikan

Cabang-cabang ilmu pendidikan ini, suatu ketika sangat mungkin akan berkembang menjadi ilmu tersendiri. Bila kita perhatikan cabang-cabang Ilmu Pendidikan di atas, tampak dengan jelas merupakan sesuatu yang sistematis. Butir 1 dan 2 menjelaskan tentang Ilmu Pendidikan secara global atau menyeluruh. Butir 3 sampai dengan 6 membahas tentang bahan dan prosesing pendidikan. Butir 7 sampai dengan 8 membahas tentang faktor menunjang proses pendidikan. Butir 9 khusus tentang pendidik. Butir 10 sampai dengan 12 membahas tentang penyelenggaraan pendidikan. Dan butir 13, membahas tentang alat –alat mengembangkan ilmu pendidikan. Di samping sistematika tersebut di atas, ada masing-masing cabang itu sendiri juga materinya tersusun secara sistematis.

C. Tujuan Ilmu Pendidikan   
Mengenai syarat suatu ilmu harus mempunyai tujuan tersendiri, pendidikan juga suda persyaratan itu. Seperti kita ketahui, tujuan Ilmu Pendidikan sudah tercantum pada dokumen-dokumen sejumlah negara. Di Indonesia, tujuan pendidikan itu bisa dibaca pada Undang-Undang RI No.2 Tahun 1989, pada setiap GBHN, dan pada sejumlah Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan. Secara garis besar, tujuan Ilmu Pendidikan itu adalah untuk mengembangkan individu baik jasmani maupun rohani secara optimal, agar mampu meningkatkan hidup dan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakatnya.

D. Syarat-Syarat Ilmu Pendidikan
Seperti diketahui, bahwa suatu pengetahuan dapat berubah menjadi suatu ilmu bila memenuhi persayaratan ilmu. Tampaknya pengetahuan tentang pendidikan ini dipandang sudah memenuhi persyaratan sebagai ilmu, syarat-syarat ilmu yang dimaksud secara ilmu adalah sebagai berikut:
a.       memiliki objek;
b.      punya metode penyelidikan;
c.       sistematis;
d.      punya tujuan sendiri.

Menurut Made Pinarta (2006: 8), ada juga sejumlah ahli yang mengatakan bahwa syarat suatu ilmu harus jelas Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologisnya. Ontologi adalah masalah apa, yaitu apa yang akan ditangani oleh pendidikan. Hal ini bertalian dengan objek materi dan objek formal ilmu pendidikan yang telah diuraikan di atas. Dengan demikian, ilmu pendidikan telah memiliki ontologi secara jelas. Sementara itu, Epistimologi Kebenaran dalam ilmu hanya dapat diwujudkan dengan metodologi ilmiah seperti juga telah diutarakan di atas. Syarat ini telah dipenuhi oleh Ilmu Pendidikan. Sedangkan Aksiologis yang membahas tindakan yang benar atau kegunaan pendidikan itu untuk kepentingan kesejahteraan manusia bertalian dengan tujuan pendidikan yang telah dibahas di atas, serta tindakan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian ketiga persyaratan ini, sudah dipenuhi oleh pendidikan untuk mendapatkan predikat ilmu pendidikan.

E. Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
Menurut Munib (2006: 34) ada beberapa sifat dari ilmu pendidikan, yaitu:

1. Ilmu pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Deskriptif-Normatif
Ilmu pendidikan itu selalu berhubungan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan tentang, siapakah manusia biasaya termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melaksanakan  pendidikan.

Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan cirri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai ini diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tapi secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.

Untuk menjelaskan bahwa sistem nilai menjadi norma bagi pendidikan, maka di bawah ini kami sajikan beberapa uraian sebagai berikut :
  • Di Yunani Kuno orang sangat mementingkan tujuan pendidikan, yaitu pembentukan warga negara yang kuat. Orang Yunani mempunyai pandangan, bahwa manusia dilihat sebagai makhluk bermain (humo iudens). Jadi yang utama adalah pendidikan jasmani, karena di dalam tubuh yang sehat terdapat juga jiwa yang sehat (men sana in corpora sano). Dapat dipahami latar belakang mengapa mereka berpandangan demikian. Oleh karena Yunani terdiri atas negara yang banyak mengalami ketegangan, sehingga memerlukan kemampuan untuk mengatasi keadaan yang sulit. Sementara itu Yunani terdiri atas polis-polis (negara kota) yang saling berperang.
  • Pada abad ke-17, 18, dan 19 di Eropa Barat tampak Rasionalisme yang sangat kuat. Eropa Barat mempunyai pandangan tentang manusi sebagai berikut :
Manusia adalah makluk berfikir (homo sapiens), akal sebagai pangkal otak. Orang sangat menjunjung tinggi akal, baik akal teoritis maupun akal praktis. Dengan akal menusia menghasilkan pengetahuan. Dengan pengetahuan manusia dapat berbuat baik dalam pengertian sempurna. Sebagai contoh kita kembali ingat kepada Rene Descartes dengan metode keraguanya yang bersemboyan: “eogito ergo sun”, yang artinya saya berfikir, jadi saya ada. Oleh karena saya sadar bahwa saya ada, maka ada yang meng-Ada-kan dan yang meng-Ada-kan itu sempurna, maka yang diciptakan itu sempurna. Atas dasar titik tolak itu, maka paham ini berpendapat, bahwa akal (pengetahuan) maha kuasa.
John Lock, bapak Empirisme yang sangat mementingkan pengaruh pendidikan atas dasar teori tabularasa. Dari contoh-contoh di atas kelihatan, bahwa ada nilai-nilai tertentu yang menjadi norma, misalnya pengetahuan yang merupakan norma bagi pelaksana pendidikan.
  • Di Amerika Serikat kita berkenalan dengan John Dewey dengan filsafat Pragmatisme dan Etika Utilirianisme beserta dengan Psikologi Behaviorisme. Normanya terletak pada :”bahwa kebenaran itu terletak pada kenyataan yang praktis”. Apa yang berguna untuk diri itu adalah benar. Segala yang sesuai dengan praktik itulah yang benar.
Pandangan ini sangat berpengaruh dalam psikologi dan menghasilkan metode-metode mendidik dengan cara mendriil dan pelatihan yang pada akhirnya menghasilkan manusia sebagai mesin yang berdasarkanrespons terhadap stimulus.
 2. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis-Pragmatis
Pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan diskriptif tentang objek pendidikan, melainkan ingin juga mengetahui bagaimana cara sebaiknya untuk berfaedah terhadap objek didiknya. Jadi dilihat dari maksut dan tujuanya, ilmu mendidik boleh disebut “ilmu yang praktis”, sebab ditujukan kepada praktik dan perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didiknya. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan kepada praktik mendidik, namun perlu dibedakan ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat praktis-pragmatis.

Dalam ilmu mendidik teoritis kita bedakan, ilmu mendidik teoritis menjadi ilmu mendidik sistematis dan ilmu mendidik historis. Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistematiskan di dalam pemikiranya apa yang tersusun sebagai pola pemikiran pedidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan dan biasanya disebut ilmu mendidik teoritis. Ilmu mendidik teoritis ini disebut juga ilmu mendidik sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunya arti yang sama, yaitu teoritis sama saja dengan sistematis.

Dalam rangka membicarakan ilmu mendidik teoritis perlu diperhatikan sejarah pendidikan. Dengan mempelajari sejarah endidikan itu terlihat telah tersusun pandangan – pandangan teoritis yang dapat dipakai sebagai peringatan untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik historis. Akan tetapi ilmu mendidik historis memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis. Kedua-duanya membantu para pendidik agar berhati – hati dalam raktik – praktik pendidikan.

Para pendidik yang jenius itu sebenarnya juga menggunakan teorinya sendiri, walapun teori tersebut belum disistematiskan. Seorang mahaguru ilmu mendidik J.M Gunning pernah berkata: “teori tanpa praktik adalah baik pada kaum cerdik cendekiawan dan praktik tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan para penjahat”. Akan tetapi pada kebanyakan pendidik diperlukan teori dan praktik berjalan bersama-sama.

F. Manfaat Mempelajari dan Mendalami Ilmu Pendidikan
Menurut Samsul Arifin (2008), manfaat mempelajari dan mendalami Ilmu Pendidikan yaitu:
  1. untuk membantu pemecahan masalah dan perencanaan secara konsepsional pendidikan Indonesia.
  2. untuk membentuk pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti di kehendaki oleh pembukuan dan isi UUD 1945.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Bahwa pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab pendidikan telah ada sebelum ilmu pendidikan. Syarat dari suatu pengetahuan dapat berubah menjadi suatu ilmu bila memenuhi persyaratan ilmu, yaitu memiliki objek, punya metode penyelidikan, sistematis, dan punya tujuan sendiri. Tampaknya pengetahuan tentang pendidikan ini dipandang sudah memnuhi persyaratan sebagai ilmu.

Tujuan dari Ilmu Pendidikan ialah untuk mengembangkan individu baik jasmani maupun rohani secara optimal, agar mampu meningkatkan hidup dan kehidupan diri, keluarga, dan masyarakatnya. Ada beberapa ruang lingkup dari Ilmu Pendidikan yaitu Pendidikan Teoretis, Sejarah Pendidikan dan Perbandingan Pendidikan, Pengembangan Kurikulum, Didaktik Metodik atau Proses Belajar Mengajar, Media dan Alat Belajar, Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Bimbingan dan Konseling, Evaluasi Pendidikan, Profesi dan Etika Pendidik, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Organisasi dan Menejemen Pendidikan, dan Statistik dan Penelitian Pendidikan.

Manfaat dari mempelajari Ilmu Pendidikan yaitu untuk membantu pemecahan masalah dan perencanaan secara konsepsional pendidikan Indonesia dan untuk membentuk pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti di kehendaki oleh pembukuan dan isi UUD 1945.

B.     Saran
Setelah membaca uraian di atas, hendaklah kita sebagai calon guru mempelajarai Ilmu Pendidikan karena akan bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan lembaga yang akan kita naungi kelak.

DAFTAR PUSTAKA
  • Achmad Munib, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
  • Anne Ahira. 2009. Mengenal Ilmu Pendidikan. Tersedia pada http://www.anneahira.com/ilmu/ilmu-pendidikan.htm. Diundih pada tanggal 3 Maret 2011.
  • Made Pidarta. 2006. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Samsul Arifin. 2008. Ilmu Pendidikan. Tersedia pada http://samsulbonpat.wordpress.com/2008/02/04/ilmu-pendidikan-2/. Diunduh pada tanggal 12 Maret 2011.
  • Umar Tirta Raharja dan La Sula. 2000. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Zahara Idris. 1984. Dasar-Dasar Kepribadian. Bandung: Angkasa.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar