BAB I
KONSEP PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Pengetahuan
jenis kedua disebut pengetahuan sains. Dalam bahasa Indonesia,
pengetahuan ini disebut ilmu. Kata (ilmu) itu sendiri masih sangat
membingungkan. Karena kata “ilmu” dalam bahasa Indonesia diambil dari
bahasa Arab yang berarti “pengetahuan”.
Pengetahuan
jenis pertama tadi (pengetahuan inderawi) sebenarnya sama saja
(hakikatnya) dengan pengetahuan sains. Bedanya hanya sedikit:
pengetahuan inderawi itu sederhana (karena tidak diurakan), sedangkan
pengetahuan sains itu kompleks (sebenarnya karena diuraikan).
Pengetahuan inderawi juga kompleks bila diuraikan.
Pengetahuan
sains itu ada lagi, yakni pengetahuan filsafat yaitu kebenarannya hanya
dipertanggungjawabkan secara logis. Metodenya disebut metode rasional
yang mengandalkan pemikiran akal. Cara kerja metode ini ialah “mencari
kebenaran tentang sesuatu dengan cara memikirkannya secara logis”.
Sekarang
masuk jenis pengetahuan mistik, pengetahuan agama ialah wahyu Tuhan,
maka Al-Qur’an (untuk agama Islam) itu isinya ada yang dapat dipahami
secara sains, ada yang dapat dipahami secara filsafat, dan kebanyakan
dipahami secara mistik. Jadi Al-Qur’an itu isinya ada yang saintifik,
ada yang logis, ada yang mistik. Isi Al-Qur’an semuanya diterima
berdasarkan keyakinan, jadi semuanya pengetahuan mistik.
Dari
atas itu adalah satu cara membagi pengetahuan manusia. Pembagian dibagi
2: pertama, pengetahuan yang diwahyukan; kedua, pengetahuan yang
diperoleh. Maksud diperoleh ialah dicari sendiri oleh manusia,
sedangkan pengetahuan yang diwahyukan adalah pengetahuan yang diterima.
Ini adalah cara pembagian alam.
Jadi, pengetahuan dalam pandangan Islam sebenarnya hanya satu, yakni semua pengetahuan datang dari Allah.
BAB II
DEFINISI PENDIDIKAN ISLAM
Ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi
ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan; ilmu pendidikan
Islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran
Islam. Islam itu sendiri adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Islam itu sendiri berisi seperangkat ajaran tentang
kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada
Al-Qur’an dan hadits serta akal.
A. Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu Dan Teknik Pendidikan Islam
Sains
(ilmu) ialah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris. Kaidah
itu digunakan untuk ilmu pendidikan Islam. Teori-teori di dalam ilmu
pendidikan Islam harus dapat diuji secara logis dan empiris. Bila kurang
satu, maka ia bukan ilmu pendidikan Islam.
Filsafat
adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang obyek-obyek
yang abstrak. Bila obyek penelitiannya konkret, tetapi yang ingin
diketahuinya adalah bagian abstraknya. Suatu teori filsafat benar bila
ia dapat dipertanggungjawabkan secara logsi dan untuk selama-lamanya
tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.
Pengetahuan
jenis ketiga, yaitu pengetahuan mistik adalah pengetahuan tentang
obyek-obyek abstrak supra logis, atau suprasional atau metarasional.
Pengetahuan jenis ini diperoleh dengan cara merasakan, mempercayai
begitu saja.
B. Ilmu Dan Teori
Ilmu
adalah pengetahuan yang logis dan empiris. Sedangkan teori secara umum
adalah pendapat yang mencakup juga pengetahuan-pengetahuan yang
ditemukan akal dalam pengertian yang khusus, teori hanya digunakan dalam
lingkungan sains. Disini ia disebut teori ilmiah. Dalam pengertian
khusus teori adalah pernyataan tentang hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya.
C. Dasar Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu
isinya teori. Ilmu pendidikan isinya teori-teori tentang pendidikan
yang berdasarkan Islam maksudnya orang Islam meyakini bahwa kehidupan
tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada kemampuan akal atau kepada
kemauan manusia, baik manusia secara pribadi ataupun manusia dalam arti
keseluruhan manusia. Karena pendidikan menduduki posisi terpenting dalam
kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam meletakkan Al-Qur’an,
hadits dan akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya.
bab iii
definisi pendidikan dalam Islam
Kata
“Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna pendidikan tertentu
yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islam yaitu
pendidikan yang berdasarkan Islam.
Menurut
Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan definisi diatas, maka teori-teori pendidikan Islam haris membahas hal-hal sebagai berikut:
· Pendidikan dalam keluarga
- Aspek jasmani,
- Aspek akal,
- Aspek hati.
· Pendidikan dalam masyarakat:
- Aspek jasmani,
- Aspek akal,
- Aspek hati.
· Pendidikan di sekolah:
- Aspek jasmani,
- Aspek akal,
- Aspek hati.
Atau dibalik sebaliknya sama saja.
BAB IV
TUJUAN UMUM PENDIDIKAN ISLAM
Untuk
mengetahui tujuan pendidikan Islam harus diketahui lebih dahulu ciri
manusia sempurna menurut Islam dan untuk mengetahuinya harus diketahui
lebih dahulu hakikat manusia menurut Islam.
A. Hakikat manusia menurut Islam
Apa
hakikat menurut Islam? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan
Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya
sendiri. Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah; Al-Qur’an surat Al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah; Al-Qur’an surat
Al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang
menciptakan manusia. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah dan
perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
B. Manusia sempurna menurut Islam
Ciri manusia sempurna menurut Islam, yaitu:
- Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan,
- Cerdas serta pandai,
- Rohani yang berkualitas tinggi.
Setelah
diketahui ciri-ciri manusia sempurna menurut Islam, maka disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menurut dari beberapa pendapat:
(1) Al-Syaibani : - Berkaitan dengan individu,
- Berkaitan dengan masyarakat,
- Berkaitan dengan pendidikan.
(2) Al-Abrasyi : - Pembinaan akhlak,
- Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat,
- Penguasaan ilmu,
- Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
(3) Asma Hasan Fahmi : - Tujuan keagamaan,
- Tujuan pengembangan akal dan akhlak,
- Tujuan pengajaran kebudayaan,
- Tujuan pembinaan kepribadian.
(4) Munir Mursi : - Bahagia di dunia dan akhirat,
- Menghambakan diri kepada Allah,
- Memperkuat ikatan keislaman,
- Akhlak mulia.
(5) Al-‘Aynayni :
Tujuan umum ; beribadah kepada Allah
Tujuan khusus ; ditetapkan berdasarkan keadaan tempat dengan mempertimbangkan ekonomi, geografi dan lain-lain yang ada di tempat itu.
Kesimpulannya:
Tujuan umum pendidikan Islam ialah muslim yang sempurna atau manusia yang takwa, atau manusia yang beribadah kepada Allah.
BAB V
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Kurikulum dapat diartikan dua macam, yaitu:
(1) Sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
(2) Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
Menurut
pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang aktual,
yang nyata yaitu yang aktual terjadi di sekolah dalam proses belajar dan
berisi sekedar rencana pelajaran atau bidang studi.
Dari uraian diatas dapat diketahui komponen-komponennya yaitu:
(1) Tujuan
(2) Isi
(3) Metode atau proses belajar mengajar
(4) Evaluasi
Setiap
komponen dalam kurikulum diatas sangat berkaitan, apabila salah satu
hilang maka tidak disebut sebagai komponen-komponen. Dilihat dari
kurikulum pada zaman Nabi mencakup aspek jasmani, akal dan rohani (hati)
A. Kurikulum Islam pada masa ini adalah sebagai berikut:
1) Membaca dan menulis.
2) Membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya.
3) Keimanan, ibadah dan akhlak.
B. Pada masa khalifah Umar bin Khattab adalah sebagai berikut:
1) Berenang.
2) Menunggang kuda.
3) Memanah.
4) Membaca dan menghafal syair yang mudah dari perbahasa.
C. Di sekolah tingkat menengah dan tinggi, pengajarannya terdiri atas:
1) Al-Qur’an dan tafsirnya.
2) Hadits dan pengumpulannya.
3) Fiqih.
BAB VI
GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Definisi Guru Dalam Pendidikan Islam
Dalam
Islam, orang yang bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu)
anak didik menurut ajaran Islam orang tua adalah pendidikan pertama dan
utama dan itu merupakan murni tugas kedua orang tua. Jadi tidak perlu
orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah. Akan tetapi, karena
perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup
sudah sedemikian luas, dalam dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi
melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya.
B. Kedudukan Guru Dalam Pandangan Islam
Pada
ajaran Islam, penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru.
Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru
setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Karena guru selalu terkait
dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat mempengaruhi pengetahuan.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi
ajaran Islam itu sendiri.
Islam
memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu di dapat dari belajar dan
mengajar yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru.
Maka, tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru.
C. Tugas Guru Dalam Islam
Tugas
guru adalah mendidik. Ini amat umum, yang paling utama dari sekian
tugas guru ialah mengajar dan semua tugas yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan pengajaran. Ada baiknya tugas guru tersebut dirinci dengan tugas. Rincian tersebut adalah:
a. Membuat persiapan mengajar.
b. Mengajar.
c. Mengevaluasi hasil pengajaran.
Setelah tugas ini dapat diselesaikan dengan baik baru guru dapat dituntut melaksanakan tugas mendidik yang lainnya.
D. Syarat Guru Dalam Pendidikan Islam
Syarat guru secara umum:
a. Tentang umur, harus sudah dewasa.
b. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani.
c. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli.
d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.
Syarat guru dalam Islam, sama hanya saja ditambah dengan harus berkepribadian Islam.
E. Sikap Guru Dalam Pendidikan Islam
Sifat-sifat guru di kemukakan oleh beberapa ahli dan dapat disederhanakan sebagai berikut:
a. Kasih sayang kepada anak didik.
b. Lemah lembut.
c. Rendah hati.
d. Menghormati ilmu yang bukan pegangannya.
e. Adil.
f. Menyenangi ijtihad.
g. Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan.
h. Sederhana.
BAB VII
DANA DAN PERALATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Dalam
sistem pendidikan, aspek dana atau pembiayaan dapat dimasukkan ke dalam
aspek alat. Memang, alat pendidikan pada umumnya bersangkutan sangat
erat dengan dana.
A. Pentingnya Peralatan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Peralatan
pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses
pendidikan. Ini mencakup perangkat keras dan perangkat lunak. Peralatan
yang berupa gedung, perpustakaan, alat-alat yang digunakan tatkala
belajar di kelas, amat erat hubungannya dengan mutu sekolah.
Pada
masa permulaan Islam, alat-alat yang digunakan dalam pengajaran amat
sederhana. Pengajaran diberikan di rumah. Kadang-kadang di Masjid atau
halaman masjid. Rumah Rasulullah pernah digunakan untuk tempat belajar.
Rumah Arqum bin Abi Arqam pernah digunakan oleh para sahabat untuk
mempelajari pokok-pokok ajaran Islam dan pengajaran hafalan Al-Qur’an.
Jenis-jenis
peralatan sekolah pada umumnya sama, kecuali bagi sekolah-sekolah
tertentu sesuai dengan keperluannya masing-masing menurut sifat khas
pengajaran sesuai dengan tujuan kurikulumnya.
B. Dana Pengelolaan Sekolah
Sekolah memerlukan dana. Dana adalah uang. Yang sudah pasti, dana itu diperlukan untuk:
a. Pengadaan alat-alat,
b. Gaji guru dan pegawai, dan
c. Pemeliharaan alat-alat.
Peningkatan mutu sekolah memerlukan sekurang-kurangnya 2 syarat yang tidak boleh tidak harus dipenuhi:
a. Penguasaan teori pendidikan yang modern yaitu teori yang Islami dan sesuai dengan perkembangan zaman.
b. Ketersediaan dana yang cukup.
C. Gaji Guru Dan Pegawai Sekolah
Dalam
pembahasan tentang dana bagi sekolah Islam telah ditegaskan bahwa salah
satu kegunaan dana itu ialah untuk mengaji guru dan pegawai, bahkan
gaji untuk pengurus yayasan, gaji guru menyangkut hukum (fiqih) dan juga
ada pandangan filsafat tentang gaji guru.
Gaji
yang besar perlu bagi guru, juga bagi karyawan sekolah. Ini adalah
tuntutan yang universal. Kesimpulannya ialah gaji guru harus besar agar
ia ikhlas, agar ia rajin mengajar, agar profesinya meningkat terus.
BAB VIII
PROFESIONALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Definisi Profesionalisme
Profesionalisme ialah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.
“profesi” dapat disebut sebagai profesi jika memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus,
b. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup,
c. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal,
d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri,
e. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif,
f. Pemegangan profesi memiliki otonomi dalam melakukan profesinya,
g. Profesi hendaknya mempunyai kode etik, ini disebut kode etik profesi,
h. Profesi harus mempunyai klien yang jelas,
i. Profesi memerlukan organisasi profesi,
j. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.
B. Pandangan Islam Tentang Profesionalisme
Pekerjaan
(profesi adalah pekerjaan) menurut Islam harus dilakukan “karena
Allah”. Maksudnya ialah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam
Islam harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah.
C. Cara Menerapkan Profesionalisme Di Sekolah-Sekolah Islam
Untuk menerapkannya, dapat di pertimbangkan pikiran-pikiran berikut ini:
a. Adanya profesionalisme pada tingkat yayasan,
b. Menerapkan profesionalisme pada tingkat sekolah,
c. Penerapan profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar,
d. Profesionalisme tenaga tata usaha sekolah.
BAB IX
BENTUK BARU SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Ada 2 bentuk kegiatan pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dari kalangan ahli pendidikan Islam di Indonesia. Bentuk-bentuk yang dimaksud adalah:
A. Pesantren Kilat
Istilah
pesantren kilat sudah pasti dikenal oleh orang Islam di Indonesia.
Lembaga pesantren biasanya ada kiai, ada santri, ada kegiatan membaca
kitab kuning, ada pondokan santri dan ada masjid.
Peserta
pesantren kilat ada yang menginap di tempat pengajian, ada juga yang
tidak. Yang mendorong suburnya pesantren kilat adanya motif orang tua
memasukkan anaknya ke pesantren kilat:
a. Agar anaknya tidak nakal,
b. Motif mengisi waktu,
c. Menutupi kekurangan pendidikan agama di sekolah.
Oleh karena itu, pemondokan di pesantren tidak boleh mewah, fasilitasnya sederhana saja.
B. Perguruan Silat Tenaga Dalam
Orang-orang
berguru, meminta “ilmu” atau meminta “perlindungan” kepada guru di
perguruan silat tenaga dalam. Bila guru itu seorang muslim biasanya
dasar perguruannya adalah ajaran Islam, dan menjadi penganut Islam yang
baik.
Sebagian
besar tenaga dalam tidak dapat dipahami lewat akal. Diperlukan
paradigma tersendiri untuk memahaminya. Paradigma itu barangkali dapat
disebut paradigma mistik, yaitu paradigma yang bukan empiris dan bukan
logis.
BAB X
METODE PENDIDIKAN ISLAM
Yang
dimaksud dengan metode pendidikan disini ialah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Kata “metode” disini diartikan secara
luas karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, yang
mencakup metode mengajar.
A. Cara Melaksanakan Pengajaran
Urutan langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal, antara lain:
a. Oleh tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu,
b. Oleh kemampuan guru,
c. Oleh keadaan alat-alat yang tersedia,
d. Oleh jumlah murid.
B. Metode Pembinaan Rasa Beragama
Menurut al-Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman adalah sebagai berikut:
a. Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi,
b. Metode kisah Qurani dan Nabawi,
c. Metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi,
d. Metode keteladanan,
e. Metode pembiasaan,
f. Metode ibrah dan mau’izah
g. Metode targhib dan tarhib,
Dan penelitian yang dilakukan selama kira-kira sepuluh tahun terakhir ini:
a. Metode pepujian,
b. Metode wirid
BAB XI
PENDIDIKAN DALAM RUMAH TANGGA
Setiap
orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang
secara sempurna. Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi
pendidik pertama dan utama. Orang tua harus menempati posisi dalam
keadaan bagaimanapun juga karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua
anak yang dilahirkannya dan mereka harus menjadi penanggung jawab
pertama dan utama.
Tujuan
pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara
maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu
jasmani, akal dan rohani. Tujuan lain ialah membantu sekolah/lembaga
kursus dalam mengembangkan pribadi anak didiknya. Yang bertindak sebagai
pendidik dalam pendidikan dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu serta
semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu
seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kaka. Namun yang terpenting
adalah ayah dan ibu.
A. Pendidikan Agama Dalam Rumah Tangga
Inti
pendidikan agama dalam rumah tangga ialah hormat kepada Tuhan, kepada
orang tua, kepada guru, bila anak didik tidak hormat pada gurunya
berarti ia juga tidak menghormati agama.
B. Tujuan Pendidikan Agama Dalam Rumah Tangga
Tujuan
pendidikan anak di dalam keluarga ialah agar anak itu menjadi anak yang
saleh. Tujuan lain ialah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak tidak
menjadi musuh orang tuanya, yang akan mencelakakan orang tuanya.
Peranan orang tua dalam mendidik anaknya, dilihat dari sudut pandang manapun:
a. Saat memulai pendidikan agama rumah tangga,
b. Anak zina sulit dididik,
c. Memilih pasangan hidup,
d. Saat kehamilan,
e. Menggembirakan orang yang melahirkan,
f. Azan dan iqamah,
g. Mentahnik anak yang baru lahir,
h. Mencukur rambut,
i. Memberi nama yang baik,
j. Aqiqah bagi anak yang baru lahir,
k. Hal khitan,
l. Menyusui bayi.
Anak-anak
dapat dipengaruhi dari mainan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
anak dan teman bermain anak, anak memerlukan teman yang dapat
mempengaruhi psikologi anak.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Dan Remaja
a. Tontonan sadis dan seks,
b. Konflik ibu-bapak dan perceraian,
c. Anak menjadi pengangguran,
d. Remaja berpacaran,
e. Rasa rendah diri,
f. Yatim,
g. Saat anak dikirim ke sekolah,
h. Adanya hukuman dalam pendidikan,
i. Adanya penanaman keimanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar