Filosofi konstruktivisme perlu diketahui guru. Metode pembelajaran inquiry, discovery, dan juga contextual learning, perlu diperkenalkan dan dilatihkan kepada para guru kita. Leadership kepada sekolah juga perlu memberi dukungan terhadap perubahan di sekolah (Prof. Suyanto, Ph.D, Universitas Negeri Yogyakarta: Kompas, 6 Oktober, 2003)
Ada satu metode mengajar yang cukup unik, yang sebenarnya sangat
mungkin dapat dicoba untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di
dalam kelas. Karakteristik ”siswa aktif” amat menonjol dalam metode ini.
Demikian juga dengan karakteristik ”menyenangkan”. Pendek kata metode
ini dapat diterapkan di dalam proses belajar mengajar yang menggunakan
pendekatan PAKEM. Metode ini dikenal dengan nama foxfire.
Pengertian
Metode foxfire sebenarnya merupakan metode
penugasan atau pemberian tugas kepada peserta didik untuk melakukan
kajian kemasyarakatan ke suatu daerah, kemudian hasil kajian itu disusun
dalam bentuk tulisan singkat, dan akhirnya diterbitkan sebagai bentuk
laporan. Tentu saja, materi penugasan tersebut adalah yang terkait
dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan metode ini adalah untuk
(1) meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga warisan
sosial dan budaya masyarakat, (2) meningkatkan keterampilan siswa dalam
proses pengumpulan data, dan (3) meningkatkan keterampilan menulis.
Latar Belakang
Pada tahun 1960-an, seorang guru Bahasa Inggris di
Clayton County, Georgia (Amerika Serikat) berusaha mengajarkan mengarang
yang lebih relevan kepada para siswanya dengan cara melibatkan mereka
dalam kegiatan studi tentang daerah pegunungan di daerah itu, yakni
terntang masyarakat dan adat-istiadatnya. Karangan karya para siswa itu
kemudian diterbitkan oleh sebuah majalah. Para siswa menamakan cara ini
dengan istilah foxfire, setelah para siswa berhasil
menulis karangan tentang keindahah bunga pegunungan di daerah itu. Para
siswa menyambut cara ini dengan penuh semangat. Mereka secara aktif
mengumpulkan data dan membuat karangan tentang apa yang mereka temukan
di daerah itu. Penerbitan hasil karya mereka telah memberikan dorongan
kepada mereka untuk bekerja dengan keras, bekerja sama untuk mencapai
hasil yang bermanfaat. Sejak itulah banyak penerbit yang membukukan
hasil karya siswa, dan sejak saat itu foxfire banyak ditiru oleh berbagai proyek, tidak saja di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia. Foxfire
telah mengubah data yang telah terkumpul menjadi karya yang dapat
disumbangkan dalam bentuk informasi yang berharga tentang daerah itu,
dan telah mendorong siswa untuk bekerja keras, baik dalam pengumpulan
data maupun dalam penulisan karangan yang akan diterbitkan.
Persyaratan, Kebaikan, dan Kelemahan
Ada dua persyaratan utama untuk dapat menerapkan metode foxfire ini. Pertama, guru harus bersedia untuk bekerja sama dengan siswa sebagai mentor yang membimbing dan memberikan petunjuk kepada siswa. Kedua, hasil kegiatan pengumpulan data harus diadministrasikan dengan baik untuk memudahkan pekerjaaan guru dan siswa.
Metode mengajar ini memiliki kelebihan yang luar biasa. Pertama, para siswa akan memiliki keterampilan dalam proses pengumpulan data lapangan. Kedua, para siswa akan memiliki keterampilan dalam menulis. Ketiga, terjadi kerja sama sinergis antara sekolah dengan penerbit. Keempat, memberikan bekal keterampilan kepada siswa untuk dapat memperoleh penghasilan melalui menulis. Kelima,
jika hasil karya siswa tersebut dapat diterbitkan dan laku dijual, maka
kegiatan siswa ini akan dapat menghasilkan pendapatan yang luar biasa (generate income).
Meskipun demikian, metode mengajar ini memang memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut. Pertama, memerlukan waktu yang cukup lama,
sehingga menyulitkan bagi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum untuk
membuat jadwal yang dapat mengakomodasi pelaksanaan metode ini. Kedua,
memerlukan guru yang benar-benar memiliki kemampuan untuk membimbing
siswa untuk dapat menulis.
Langkah-langkah Kegiatan Penerapan Metode Mengajar
Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah pertama:
Persiapan.
Sudah barang tentu, pendidik telah menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan formal untuk menerapkan metode
mengajar ini. Guru juga telah mempersiapan semua perangkat media, alat,
dan prasyarat lain yang diperlukan untuk melaksanakan metode ini,
misalnya (1) surat perizinan (jika diperlukan), (2) contoh instrumen
wawancara yang akan digunakan oleh siswa, (3) contoh tulisan tentang
kisah seorang pekerja keras yang berhasil di suatu desa, contoh ”Petani
Pepaya” (Kompas, 19 April 2007), ”Pedagang Bunga”, dan sebagainya.
Metode mengajar ini akan dilaksanakan dengan membawa siswa untuk
mengikuti oubond ke suatu daerah pedesaan. Anak-anak selama
sehari atau dua hari untuk mengumpulkan data dan informasi tentang mata
pencaharian penduduk, dan kemudian menuliskan tentang apa-apa yang dapat
diperoleh dari kegiatan tersebut. Langkah persiapan ini dilakukan oleh
guru jauh sebelum proses pembelajaran dimulai.
Langkah kedua:
Membuka pelajaran (appersepsi atau set induction). Jangan
lupa memberikan salam kepada semua siswa. Beritahukan kepada siswa
bahwa untuk pelajaran kali ini, para siswa akan diajak untuk
melaksanakan proses belajar mengajar dengan metode yang belum pernah
dilakukan, yakni yang disebut sebagai foxfire. Berikan kepada
siswa tentang metode foxfire ini secara jelas. Metode mengajar ini sudah
cukup efektif dapat dilaksanakan untuk siswa kelas tinggi di Sekolah
Dasar, misalnya kelas V dan VI. Topik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang akan diajarkan misalnya adalah ”Mata Pencaharian”. Ada
beberapa informasi yang harus disampaikan kepada siswa.
1. Guru menjelaskan bahwa para siswa dalam waktu sehari dua hasil
akan diajak untuk mengumpulkan data tentang mata pencaharian penduduk
desa. Para siswa diberikan keterampilan untuk mengumpulkan data dengan
cara melakukan wawancara dengan masyarakat desa. Bahkan kalau perlu
melakukan observasi partisipatif, misalnya ikut memerah susu sapi, ikut
menanam padi, atau ikut membuat barang-barang keterampilan, dan
sebagainya. Metode ini dalam beberapa hal sama dengan metode widyawisata
atau sinau wisata, atau sekarang banyak dikenal dengan outbound di
daerah alam pegunungan, di daerah pedesaan. Kalau perlu untuk
melaksanakan kegiatan ini dibentuk panitia kecil, atau pembagian tugas
untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siswa dengan
didampingi oleh dewan pendidik.
2. Untuk dapat menulis tentang data yang berhasil dikumpulkan, para
siswa diberikan keterampilan dasar tentang menulis. Misalnya membuat
kalimat aktif secara singkat dalam bentuk S/P/O atau
subyek-predikat-obyek. Anak-anak dibiasakan dapat menulis kalimat aktif,
singkat dan tidak bertele-tele. Guru menjelaskan metode 5H dan 1W atau
enam aspek yang penting dalam membuat karangan, yakni apa, dimana,
siapa, when, mengapa, dan bagaimana. Apa yang terjadi, dimana kejadian
itu, siapa yang terlibat dalam kejadian itu, kapan terjadinya, mengapa
hal itu terjadi, dan bagaimana proses kejadian itu.
3. Hal yang sangat penting untuk dijelaskan kepada siswa adalah
tentang rencana penerbitan semua tulisan yang dihasilkan dari kegiatan
ini. Kalau ada penerbit yang akan menerbitkan tulisan tersebut, maka
sekolah akan menerbitkan dalam bentuk buletin sekolah, atau juga dapat
dipajangkan di majalah dinding yang dikelola oleh para siswa.
Langkah Ketiga:
Guru dan siswa berangkat ke daerah yang telah ditetapkan. Dengan
bimbingan beberapa guru yang dilibatkan dalam kegiatan ini, siswa mulai
melakukan kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen
wawancara yang telah diberikan kepada siswa. Ada beberapa siswa yang
bertugas mengambil gambar dengan menggunakan handycam dan tustel yang
sengaja mereka bawa. Dengan semangat, para siswa mecari dan menemui
responden yang telah ditetapkan. Minimal siswa harus dapat mewawancari,
misalnya 5 (lima) responden di daerah itu. Jika ada kesempatan, para
siswa dapat melakukan kegiatan observasi partisipatif bersama penduduk
di daerah itu, misalnya ikut menanam padi, ikut memanen kopi, ikut
memerah susu sapi, dan kegiatan lainnya. Kegiatan ini akan lebih dapat
memberikan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan dan mengesankan
bagi siswa. Setelah kegiatan pengumpulan data dan informasi selesai
dilaksanakan, maka para guru dan siswa kembali ke sekolah dengan
menggunakan transportasi yang telah disiapkan. Selama perjalan pulang
pergi para siswa dan guru dapat bernyanyi dengan girangnya. Pesawat
televisi di bus biasanya dapat memutar lagu-lagu karaoke yang sangat
bermanfaat untuk kegiatan yang menyenangkan ini. Lagu-lagu dan permainan
pramuka dapat juga digunakan untuk menggairahkan semangat para siswa.
Langkah keempat:
Pengolahan data dan informasi yang
berhasil dikumpulkan kemudian dapat dilakukan di sekolah. Para siswa
mengisi tabel yang telah disiapkan, menjumlah data statistik, menghitung
prosentase, mengumpulkan foto yang berhasil dicetak, bahkan dapat pula
membuat grafik yang diperlukan. Dari hasil pengolahan data dan informasi
itulah kemudian dibuatkan tulisan. Para guru perlu memberikan bimbingan
kepada siswa bagaimana menulis dengan baik. Berikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukannya sendiri. Jangan
sekali-kali membuatkan tulisan untuk siswa. Biarkan siswa membuat
konsepnya, lalu berikan kepada teman lainnya untuk membaca dan
mengoreksi tulisan tersebut. Tulisan itu dikoreksi juga oleh para guru.
Akan lebih baik lagi jika semua itu dapat dikerjakan di ruang
laboratorium komputer. Kalau para siswa belum mempunyai kemampuan
menulis dengan mesin ketik atau menggunakan program Micorsoft Word di
komputer, para siswa dapat menulis di kertas biasa. Itu sudah terlalu
cukup.
Langkah Kelima:
Adakan diskusi kelas untuk membahas
hasil pekerjaan siswa tersebut. Berikan kesempatan kepada siswa yang
diberikan tugas untuk menulis untuk menjelaskan tentang tulisan yang
dihasilkan. Kemudian, berikan kepada semua siswa, atau kepada semua
kelompok untuk memberikan komentar dan koreksi terhadap tulisan
tersebut. Guru dapat memberikan komentar dan koreksi terhadap tulisan
tersebut. Jangan sampai lupa memberikan apresiasi kepada para siswa yang
telah melaksanakan kegiatan ini.
Langkah Keenam:
Pajanglah semua hasil tulisan siswa
tersebut di tempat yang telah ditentukan. Jangan sekali-kali ada tulisan
yang tidak dipajang. Berikan kesempatan kepada kelas lain untuk
menyaksikan hasil pekerjaan siswa. Ajak kepala sekolah dan guru lainnya
untuk memberikan apresiasi terhadap hasil pekerjaan siswa.
Langkah ketujuh:
Undang penerbit untuk kemungkinan
dapat menerbitkan semua hasil tulisan siswa. Kalau bisa langsung dapat
diterbitkan. Kalau perlu dapat diedit terlebih dahulu oleh tim yang
dibentuk untuk itu. Kalau tidak dapat diterbitkan oleh penerbit, maka
sekolah dapat menerbitkan dalam bentuk majalah sekolah, atau dapat
dijadikan bahan untuk penerbitan majalan dinding di sekolah.
Jika hasil tulisan siswa memang layak diterbitkan menjadi buku yang
laku dijual di pasar, maka tidak mustahil sekolah akan memperoleh
keuntungan yang tidak kecil dari kegiatan ini. Demikian juga dengan
siswa. Kalau metode ini dapat berjalan dengan lancar, maka uang yang
diperoleh dari kegiatan ini dapat digunakan untuk mengadakan peralatan
yang diperlukan oleh siswa, misalnya papan soft board, rak display,
dan kalau perlu dapat untuk menambah koleksi bukau di perpustakaan
sekolah. Alangkah indahnya kalau ini dapat dicapai. Siapa bilang sekolah
tidak dapat memperoleh income yang merupakan hasil dari kristalisasi keringat, para guru dan siswanya. Begitulah kata Tukul? Mudah-mudahan.
Refleksi
Metode mengajar ini memang masih terasa agak asing bagi kebanyakan
guru di negeri ini. Tetapi, jika para pendidik dapat mencoba untuk
menerapkannya, maka metode itu akan membuat proses pembelajaran
berlansung lebih unik dan menarik. Pada awalnya, mungkin akan terasa
sulit, karena semua permulaan itu memang sulit. All beginning is difficult. Alah bisa karena biasa. Itulah kuncinya. Mudah-mudahan.
Bahan Bacaan:
- Rice, Marion J. 1987. Modul-modul Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Kurikulum dan Pengajaran. Malang: P3TK, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar