Abstrak
Kunci penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah
terciptanya situasi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan atau yang sering dikenal dengan PAIKEM. Model pembelajaran PAIKEM
ini dimaksudkan sebagai alat atau metode pembelajaran agar tercapai hasil
belajar secara maksimal, efektif dan efisien. Model pembelajaran PAIKEM mulai
popular dikenal pada akhir tahun 2007 terkait dengan pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi (PLPG) bagi para guru yang belum lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio.
Kata Kunci: PAIKEM
A. PENDAHULUAN
Belajar
merupakan proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik dalam rangka membangun
pengetahuannya. Belajar bukanlah proses pasif yang hanya menerima pengetahuan
dari guru atau sumber-sumber lain. Jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat diperlukan karena ia merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
berhubungan dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat
peserta didik dapat belajar dengan mudah dan munculnya motivasi para peserta
didik untuk mempelajari pelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam
pembelajaran, bagi para praktisi pendidikan dituntut mengembangkan berbagai
metode dan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat tercapai
secara efektif, efisien dan menyenangkan.
Dalam rangka
mencapai hasil belajar yang maksimal maka diperlukan suatu konsep pembelajaran
yang memadai dan relevan. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan) dapat dijadikan metode alternatif dalam proses pembelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, efisien, menyenangkan dan
jauh dari pembelajaran yang membosankan peserta didik. Secara garis besar model
pembelajaran PAIKEM dipraktekkan dengan berprinsip pada lima hal yaitu: pertama,
siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Kedua guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Ketiga, guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ruang khusus membaca. Keempat, guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok dan kelima, guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Kelima hal
tersebut harus dikuasai oleh guru dalam mempraktekkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Tulisan ini akan
mengulas tentang konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan dan pembahasan menarik
dalam pembelajaran.
B.
SEJARAH KONSEP PAIKEM
Jauh sebelum
munculnya model pembelajaran PAIKEM telah dikenal beberapa
pendekatan, strategi pembelajaran atau model pembelajaran seperti SAS (Sintesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL
(Contextual Teaching and Learning), Life Skill Education, dan kemudian
muncul konsep PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan).
Istilah PAIKEM sesungguhnya dapat diketahui melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Turunan dari UU Guru dan Dosen tersebut adalah Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Guru dalam Jabatan. Dalam permendiknas tersebut telah diatur pelaksanaan
sertifikasi guru melalui penilaian portofolio dengan sepuluh komponen yang
bertujuan untuk mengukur empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional. Sementara, bagi para guru yang belum lulus
diwajibkan mengikuti program kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau
dikenal dengan singkatan PLPG. Dalam buku rambu-rambu penyelenggaraan PLPG yang
dirterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 dijelaskan bahwa salah
satu materi pokok yang harus diberikan dalam PLPG adalah materi PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Oleh karenannya, sejak
akhir tahun 2007 istilah PAIKEM mulai dikenal luas di Indonesia, dan menjadi
rujukan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut
dijelaskan bahwa indikator dan prinsip-prinsip penerapan PAIKEM adalah sebagai
berikut.
Indikator dan
Prinsip-prinsip Penerapan PAIKEM
No.
|
Indikator
Proses
|
Penjelasan
|
Metode
|
1.
|
Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan dengan
bahasa/kata-kata peserta didik sendiri)
|
PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berpikir,
berkata-kata, dan mengungkap sendiri.
|
Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil karyanya agar
dapat saling belajar.
|
2.
|
Kegiatan Peserta Didik
(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau
melakukan sendiri)
|
Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka
belajar meneliti tentang apa saja.
|
Guru dan peserta didik interaktif dan hasil pekerjaan peserta
didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.
|
3.
|
Ruangan Kelas
(penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alt peraga
sederhana buatan guru dan peserta didik)
|
Banyak yang dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta
didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan
strategis.
|
Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang dibutuhkan
untuk dipajang, di mana, dan bagaimana memajangnya.
|
4.
|
Penataan Meja dan Kursi
(Meja dan kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur secara fleksibel)
|
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai
cara/metode/teknik, misalnya melalui kerja kelompok, diskusi, atau aktivitas
peserta didik secara individual.
|
Diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri, pendekatan individual
guru kepada murid yang prestasinya kurang baik, dan lain sebagainya.
|
5.
|
Suasana bebas
(Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan
atau mengungkapkan pendapat).
|
Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas,
baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.
|
Guru dan sesama peserta didik mendengarkan dan menghargai
pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja individual.
|
6.
|
Umpan Balik Guru
(guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi
umpan balik agar peserta didik segera memperbaiki kesalahan).
|
Guru memberikan tugas yang mendorong peserta didik bereksplorasi;
dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam hal
penyelesaian masalah.
|
Penugasan individual atau kelompok; bimbingan langsung; dan
penyelesaian masalah.
|
7.
|
Sudut Baca
(Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk
peserta didik)
|
Sawah, lapangan, pohon, sungai, kantor Pos, Puskesmas, stasiun
dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.
|
Observasi kelas, diskusi, dan pendekatan terhadap orangtua.
|
8.
|
Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran)
|
Sawah, lapangan, pohon, sungai, Kantor Pos, Puskesmas, stasiun
dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.
|
Observasi lapangan, eksplorasi, diskusi kelompok, tugas
individual, dan lain-lain.
|
C. KONSEP
PAIKEM
1) Konsep
Pembelajaran Aktif
Maksud pembelajaran Aktif adalah dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat berperan aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan atau ide dalam suasana
belajar-mengajar. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan,
penuh semangat, dan keterlibatan aktif. Pembelajaran aktif atau sering dikenal
dengan active learning adalah proses belajar dimana peserta didik mendapat
kesempatan unbtuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan
interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan
pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Meyer &
Jones (1993) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran aktif terjadi aktivitas
berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah
pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan
dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih
berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
Pembelajaran
aktif mempunyai beberapa karakteristik yaitu; a) Refleksi yang dilakukan dengan cara
mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru berpotensi membuka ruang dialog
di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru
(Fink, 2003), b) Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk melihat dan mengetahui, c) Pemecahan masalah yang
disajikan memungkinkan siswa berada di dalam kondisi higher-order thinking (Bonwell
& Eison, 1991), d) Vicarious learning yang diperoleh pada saat siswa
menyaksikan perdebatan mengenai topik tertentu, dan e) Self explanation adalah
suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa, baik kepada temannya maupun
guru yang memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat.
2) Model
Pembelajaran Inovatif
Setidaknya terdapat tiga model pembelajaran
inovatif yaitu pertama, Model Reasoning and Problem Solving yaitu kemampuan reasoning
and problem solving yang merupakan keterampilan utama yang
harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan
melakukan aktivitas di dunia nyata. Siswa dituntut untuk menggunakan dan
mengedepankan rasio dalam melaksanakan tujuan pendidikan dan mencari solusi
yang terbaik dalam menghadapi permasalahan seputar pendidikan. Reasoning adalah
bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic
thinking, critical thinking, dan creative thinking. Sedangkan
problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut
(Krulik & Rudnick, 1996).
Kedua, Model Problem-Based
Instruction. Model ini merupakan pembelajaran yang berlandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Keterlibatan aktif para
siswa dalam mendapatkan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik sangat diperlukan. Siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka
masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan
menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai
pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan
masalah. Para siswa diinstruksikan untuk lebih inovatif dalam memecahkan
masalah dan tidak tergantung pada aturan yang baku dan kaku.
Ketiga, Model Group Investigatio. Model ini sebenarnya berasal dari
perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang
harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah
buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey
menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat
dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, et al., 1996),
adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar
hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak
bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan
minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip
saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur
demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan
dunia nyata. Model pembelajaran ini sangat menekankan pada kerjasama antar
berbagai individu yang tergabung dalam kelompok untuk mendapatkan inti-inti
permasalahan yang ingin dipelajari.
3)
Model
Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan,
mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang kreatif
lainnya. Metode ini dirancang untuk mesimulasikan imajinasi agar tercipta
kreatifitas. Di sini kreatifitas dimaknai sebagai sebuah kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan
keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Pelaksanaan model pembelajaran kratif dapat dilakukan dengan
pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan (learning by
doing), menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja
kelompok. Para siswa menyelesaikan permasalahan, menjawab
pertanyaan-pertanyaan, memformulasikan pertanyaan-pertanyaan menurut mereka
sendiri, mendiskusikan, menerangkan, melakukan debat, curah pendapat selama
pelajaran di kelas, dan pembelajaran kerjasama, yaitu para siswa bekerja dalam
tim untuk mengatasi permasalahan dan kerja proyek yang telah dikondisikan dan
diyakini agar terjadi ketergantungan yang positif dan tanggung jawab individu
yang mendalam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan metode ini
adalah pertama, yang menjadi pusat perhatian adalah siswa aktif
mengembangkan potensinya sendiri. Kedua, upaya guru hanyalah mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, potensi yang
dikembangkan bukan pengetahuan tetapi kekuatan spiritual keagamaan,
penguasaan diri, kepribadian baru kemudian keterampilan. Keempat,
berorientasi pada pengembangan potensi diri bukan hafalan dan keterampilan
menjawab tes. Implikasi dari keempat hal tersebut adalah yang diperlukan oleh
guru bukan luas dan dalamnya bahan pelajaran, melainkan kompetensinya. Dalam
pelajaran bahasa, diantara konpetensi yang dipakai adalah kemampuan
berkomunikasi, dan lebih penting lagi adalah kepercayaan diri untuk
berkomunikasi, mengendalikan diri ketika berbicara dengan pihak lain,
kompetensi berpikir sistimatik dan logis dalam berkomunikasi, dan lain-lain.
Model pembelajaran kreatif sering juga disebut dengan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) yang
mempunyai tujuh unsur yaitu; Pertama, guru berperan sebagai fasilitator
yang mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Kedua, siswa
aktif mengembangkan potensinya. Ketiga, prosesnya adalah keterlibatan
dalam proses yang spontan sesuai alur kejadian. Keempat, bahan pelajaran
diambil dari lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan proses. Kelima,
waktu, tidak terbatas oleh jadwal jam pelajaran. Keenam, tempat tidak
terikat oleh ruang kelas, bisa bebas memilih tempat yang nyaman. Ketujuh,
penilaian oleh peserta didik sendiri, dalam diskusi dengan tujuan untuk
perbaikan, bukan memilih dan menjastifikasi siswa bodoh dan pintar.
4) Model
Pembelajaran Efektif
Setidaknya terdapat tiga jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran efektif, yaitu; pertama; strategi pengorganisasian
pembelajaran yang menekankan pada bagaimana semua komponen pembelajaran
diperdayagunakan secara efektif, kedua, strategi penyampaian
pembelajaran yang menekankan pada media apa yang dipakai untuk menyampaikan
pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar