Kepala
Basarnas Marsekal Madya TNI Daryatmo menyerahkan Cockpit Voice Recorder
(CVR) Sukhoi Superjet 100 kepada Kepala Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi, disaksikkan Ketua Tim SAR Rusia
Mikhael Chupalengkov (tengah), di Lapangan Pasir Pogor, Cijeruk, Bogor,
Rabu (16/5/2012). Selanjutnya CVR tersebut akan diteliti KNKT untuk
mengetahui penyebab kecelakaan pesawat tersebut di Gunung Salak.
JAKARTA -
Badan SAR Nasional menyampaikan resume atau catatan harian operasi
pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue) korban musibah pesawat
Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak. Catatan harian selama 10 hari ini
disampaikan berkenaan dengan penghentian operasi SAR mulai sore hari
ini.
"Operasi SAR dimulai sejak diterima informasi hilang kontak
pesawat Sukhoi Superjet 100 pada hari Rabu, 9 Mei 2012," kata Kepala
Basarnas Marsekal Madya Daryatmo dalam Konferensi Pers di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jumat (18/5/2012) sore.
Segera setelah diterimanya
informasi tersebut, pihaknya segera mengirimkan dua helikopter untuk
melakukan pencarian di sekitar titik perkiraan hilangnya pesawat.
"Karena kendala cuaca dua heli tersebut terpaksa berbalik ke Halim dan
ke Atang Sanjaya," papar Daryatmo.
Hari Kamis (10/5) pukul 08.00
WIB, sebuah helikopter Super Puma dan sebuah pesawat Hercules TNI yang
dikirim ke sekitar lokasi berhasil menemukan titik jatuhnya pesawat.
Pesawat Hercules juga berhasil melakukan pemotretan udara.
Jumat
(11/5), tim SAR darat baru bisa mencapai lokasi jatuhnya pesawat pada
pukul 10.40 WIB. Sejak saat itu proses evakuasi telah dimulai.
"Sabtu
(12/5), tim SAR berhasil mengevakuasi 15 kantong jenazah dari lokasi
kejadian ke Bandara Halim Perdanakusuma," sambung Daryatmo.
Minggu
(13/5), tim SAR yang didukung berbagai unsur siaga SAR dari TNI maupun
dari sipil, berhasil mengevakuasi 5 kantong jenazah.
Senin (14/5),
tim SAR kembali mengevakuasi sebanyak 3 kantong jenazah. Kemudian,
berturut-turut 4 kantong jenazah pada Selasa (15/5), 1 kantong jenazah
pada Rabu (16/5), dan 5 kantong jenazah terakhir pada Kamis (17/5).
"Sebenarnya
ada sembilan kantong jenazah yang dievakuasi pada hari Kamis. Tapi,
karena sulitnya proses pemindahan, kami gabungkan dalam lima kantong
jenazah," kata Daryatmo.
Dengan demikian, ada 35 kantong jenazah
yang telah dibawa ke Bandara Halim untuk selanjutnya dipindahkan ke RS
Polri Kramat Jati untuk kepentingan identifikasi. Operasi evakuasi ini
telah melebihi batas waktu yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 2006.
PP tersebut membatasi masa operasi SAR selama
7 hari. Namun, pihak SAR memutuskan untuk melanjutkan pencarian karena
informasi lapangan menyebutkan masih terbuka peluang menemukan korban
SSJ 100.
"Ada tanda-tanda ditemukan korban. Tim memutuskan
dilanjutkan lebih teliti pada sekitar lokasi ditemukan ekor pesawat,"
papar Daryatmo.
Penghentian operasi dihentikan hari ini karena tak
ada lagi tanda-tanda ditemukannya korban. Namun, Daryatmo memastikan
akan membuka kembali operasi seandainya tanda-tanda tersebut ditemukan
lagi. Pasalnya, operasi penyisiran puing-puing pesawat masih berlanjut,
terutama untuk mencari Flight Data Recorder (FDR) yang belum ditemukan
hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar